Minggu, 05 Mei 2013

Sejarah majapahit di boyolali


SITUS HINDU PENINGALAN MAJAPAHIT DI KABUPATEN BOYOLALI
NARA SUMBER : DESAK MADE PRAWATI, A,Md.

Mata air (bs.jawa : umbul) KENDAT terletak di desa Plumputan Kecamatan Pengging Kabupaten Boyolali merupakan salah satu situs Hindu peninggalan Majapahit yang belum banyak diketahui oleh masyarakat, khususnya umat Hindu.
Nama Kendat sendiri yang dalam bahasa jawa berarti “bunuh diri” dikaitkan dengan tekad salah seorang putri raja Majapahit terakhir yaitu Kertabumi/ Brawijaya ke V (1453-1478) dalam mempertahankan keyakinannya/kepercayaan sehubungan dengan telah runtuhnya kerajaan Majapahit oleh kerajaan Demak pimpinan Raden Patah yang mewajibkan seluruh lapisan masyarakat mengikuti kepercayaan baru.
Nama putri tersebut adalah DYAH AYU RETNA KEDATON, yang merupakan putri ke 42, lari dari kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto ke Pengging dimana kakak iparnya yang menjadi Adipati Pengging untuk meminta perlindungan, namun setelah tahu kakak iparnya, Adipati Sri Makurung Prabu Handaningrat melakukan pamoksan bersama istri dan seorang anaknya serta seluruh abdi sekaligus keraton/kerajaannya, sang putripun dengan kesaktiannya melaksanakan hal yang sama diusianya yang masih remaja (+ 13-18 tahun).
Tempat moksanya ditandai oleh para abdi yang mengijkutinya dengan sebuah batu hitam dan diikuti dengan kemunculan mata air (umbul) yang oleh masyarakat setempat dinamakan “Umbul Kendat”.
Umbul kendat sendiri terbagi 2 walau satu tempat yaitu umbul keroncong karena bunyi airnya bila didengarkan dengan seksama mirip irama keroncong dan umbul dandang/ penguripan yang dipercaya membuat panjang umur, awet muda, murah sandang pangan, cepat naik pangkat, menyembuhkan penyakit,  membuang kesialan, dll.
Semula umat Hindu tidak ada yang mengetahui keberadaan situs tersebut, kemudian dipelopori RMT Andi Mulyono Kusumonugroho yang merupakan “Wareng” (keturunan ke V) Sunan Pakubuwono ke IX (Raja Surakarta tahun 1861-1893) memakai umbul tersebut untuk YOGA TIRTA sekaligus melukat agar permohonannya bisa dikabulkan Hyang Widi.
Sekarang, meskipun belum banyak umat Hindu yang melaksanakan tirtayatra ke umbul Kendat, tetapi telah sering diadakan upacara dewayadnya.
Sedang masyarakat setempat melaksanakan pada hari-hari tertentu, biasanya hari Jumat Paing yang juga sering disebut “Paingan”.