SITUS HINDU
PENINGALAN MAJAPAHIT DI KABUPATEN BOYOLALI
NARA SUMBER : DESAK MADE
PRAWATI, A,Md.
Mata air (bs.jawa : umbul)
KENDAT terletak di desa Plumputan Kecamatan Pengging Kabupaten Boyolali
merupakan salah satu situs Hindu peninggalan Majapahit yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat, khususnya umat Hindu.
Nama Kendat sendiri yang dalam bahasa
jawa berarti “bunuh diri” dikaitkan dengan tekad salah seorang putri raja
Majapahit terakhir yaitu Kertabumi/ Brawijaya ke V (1453-1478) dalam
mempertahankan keyakinannya/kepercayaan sehubungan dengan telah runtuhnya
kerajaan Majapahit oleh kerajaan Demak pimpinan Raden Patah yang mewajibkan
seluruh lapisan masyarakat mengikuti kepercayaan baru.
Nama putri tersebut adalah DYAH AYU
RETNA KEDATON, yang merupakan putri ke 42, lari dari kerajaan Majapahit di
Trowulan Mojokerto ke Pengging dimana kakak iparnya yang menjadi Adipati
Pengging untuk meminta perlindungan, namun setelah tahu kakak iparnya, Adipati
Sri Makurung Prabu Handaningrat melakukan pamoksan bersama istri dan seorang
anaknya serta seluruh abdi sekaligus keraton/kerajaannya, sang putripun dengan
kesaktiannya melaksanakan hal yang sama diusianya yang masih remaja (+
13-18 tahun).
Tempat moksanya ditandai oleh para
abdi yang mengijkutinya dengan sebuah batu hitam dan diikuti dengan kemunculan
mata air (umbul) yang oleh masyarakat setempat dinamakan “Umbul Kendat”.
Umbul kendat sendiri terbagi 2 walau
satu tempat yaitu umbul keroncong karena bunyi airnya bila didengarkan dengan
seksama mirip irama keroncong dan umbul dandang/ penguripan yang dipercaya
membuat panjang umur, awet muda, murah sandang pangan, cepat naik pangkat, menyembuhkan
penyakit, membuang kesialan, dll.
Semula umat Hindu tidak ada yang
mengetahui keberadaan situs tersebut, kemudian dipelopori RMT Andi Mulyono
Kusumonugroho yang merupakan “Wareng” (keturunan ke V) Sunan Pakubuwono ke IX
(Raja Surakarta tahun 1861-1893) memakai umbul tersebut untuk YOGA TIRTA
sekaligus melukat agar permohonannya bisa dikabulkan Hyang Widi.
Sekarang, meskipun belum banyak umat
Hindu yang melaksanakan tirtayatra ke umbul Kendat, tetapi telah sering
diadakan upacara dewayadnya.
Sedang masyarakat setempat melaksanakan
pada hari-hari tertentu, biasanya hari Jumat Paing yang juga sering disebut
“Paingan”.
heiii, pa kabar?
BalasHapuskomen blogku :)
http://fukimaginer.blogspot.com/